2. 1 Definisi
2.1.1Graves
Pengertian
graves disease berasal dari nama Robert J. Graves, MD, circa tahun1830.Penyakit graves, penyebab tersering
hipertiroidisme, adalah ganggguan auto imun yang bisanya ditandai dengan
produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Auto antibody
igG ini, yang disebut tiroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi
TH, namun tidak dihammbat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan TH rendah
karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit graves
tidak diketahui; akan tetapi, tampak terdapat predisposisi genetic pada
penyakit autoimun.Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit
graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda akibat daya
peningkatan produksi tiroid yang ditandai dengan peningkatan penyerapan yodium
radioaktif oleh kelenjar tiroid.
2.1.2 Struma
Sedangkan
struma
nodusa adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak
sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran,
bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini
dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
3. 1 Etiologi
3.1.1 Graves
Penyebab
penyakit graves tidak diketahui ; akan tetapi tampak predisposisi genetic pada
penyakit auto imun.Reaksi silang tubuh terhadap
penyakit virus mungkin merupakan salah satu penyebabnya ( mekanisme ini sama
seperti postulat terjadinya diabetes mellitus tipe I).Obat-obatan tertentu yang
digunakan untuk menekan produksi hormon kelenjar tiroid dan Kurang yodium dalam
diet dan air minum yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama mungkin
dapat menyebabkan penyakit ini.Dan di duga pula akibat peran antibodi terhadap peningkatan
produksi tiroid serta adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh
di dalam jaringan tiroid dan ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.
3.1.2 Struma
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan
hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain
:
1)
Defisiensi
iodium
Pada umumnya,
penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan
tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2)
Kelainan
metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
3)
Penghambatan
sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
4)
Penghambatan
sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan
litium).
4.1 Patofisiologi
4.1.1 Patofisiologi
Graves
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya
hiperplasia dan lipatan – lipatan sel – sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel – sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat. Perubahan
pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada
beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip
dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor
membran yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang
aktivasi terus – menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah
hipertiroidisme.
4.1.2 Patofisiologi
Struma
Sedangkan patofisiologi pada stroma nodusa adalah berawal dari
Iodium yang merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
5. 1 Manifestasi
klinis
5.1.1 Manifestasi klinis graves
1)
Peningkatan
frekuensi jantung
2)
Peninngkatan
tonus otot, tremor, iratabilitas, peningkatan sensitifitas terhadap
katekolamin.
3)
Peningktan laju
metabolism basal dan produksi panas, intoleransi terhadap panas, keringat
berlebihan.
4)
Penurunan berat
badan, peningkatan rasa lapar.
5)
Melotot
6)
Dapat terjadi
eksoftalmus (penonjulan bola mata).
7)
Peningkatan frekunsi
buang air besat.
8)
Gondok
(biasanya), yaitu peningtan ukuran kelenjar tiroid.
9)
Perubahan kulit
dan kondisi rambut dapat terjadi.
5.1.2 Manifestasi Klinis Struma
Pada penyakit struma nodosa
tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan
permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat
mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga
terjadi gangguan menelan.Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo
atau hipertirodisme. Benjolan di leher. Peningkatan metabolism karena klienhiperaktif
dengan meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,
dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal
:
1)
Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
2)
Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.
3)
Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4)
Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5) Pembesaran
kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.
6. 1 Pemeriksaan Penunjang
6.1.1 Graves
Untuk dapat
memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme
umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara
kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon
tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada
dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila
T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika
kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan
(scan dan USG tiroid) untuk menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang
diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi tiroksin.
6.1.2 Struma nodusa
1) Pada palpasi
teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
2)
Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
3)
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3
(triyodotironin) dalam batas normal. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
4)
Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau
tidaknya nodul.
5)
Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum
halus yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman
6)
Pemeriksaan sidik tiroid. Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :
1.
Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
2.
Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
3.
Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
7.1 Komplikasi
7.1.1
Komplikasi graves
1)
Aritmia biasa
terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan merupakan gejalah yang
terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang mengeluhkan artmia
harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinya gangguan tiroid.
2)
Komplikasi yang
mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik (badai tiroid), yang dapat terjadi
secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang menjalani terpi atau selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang tadak
terdiagnosis hiipertiroidisme. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang
sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai
106°F) dan apabila tidak diobati, terjadi kematian.
7.1.2 Struma nedusa
1)
Perdarahan.
2)
Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3)
Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4)
Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam
sirkulasi dengan tekanan.
5)
Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6)
Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para
tiroid.
7) Trakeumalasia
(melunaknya trakea).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar